Ketika murid-murid kembali dari istirahatnya, Draco mengolok-olok Neville, dan Harry menghibur Neville dengan manis. Dan menemukan identitas Flamel dari kartu coklat kodok sebagai ahli kimia. Hermione segera menemukan bahwa dia laki-laki berumur 665 tahun yang hanya memiliki Batu Bertuah, yang bisa memberikan kehidupan.
Anda penggemar Harry Potter ? Jika Iya, pasti anda tidak asing dengan yang namanya Batu Bertuah. Batu Bertuah adalah salah satu rahasia terbesar dalam bidang Alkimia. Begitu besarnya rahasia itu sehingga kita tidak tahu persis apa sebenarnya benda itu. Sifat dasar benda tersebut telah diselubungi oleh banyak rahasia selama berabad-abad.
Jadi, sebelum kita melangkah lebih lanjut, apa yang sebenarnya kita tahu tentang Batu Bertuah ? Benda atau zat legenda ini digambarkan sebagai sebuah ramuan keabadian, pancuran mata-air kemudaan yang muncul di berbagai budaya dalam berbagai bentuk. Konsepsi sebuah ramuan yang dapat memberikan keabadian yang dikenal sebagai Batu Bertuah dikenal terutama selama Abad Pertengahan, dan para Alkemis terobsesi berusaha menciptakannya.
![]() |
Ilustrasi Batu Bertuah di Harry Potter |
Selain dari kemampuannya memberikan keabadian, ramuan ini dipandang sebagai sebuah zat transmutasi yang dapat mengubah timah menjadi emas. Selama berabad-abad, ramuan ini menjadi subjek dari banyak percobaan dan perdebatan. Banyak yang meragukan ramuan ini benar-benar ada karena mereka percaya bahwa ramuan tersebut adalah sebuah simbol dari suatu zat ideal, kesempurnaan.
Zosimus, sejarawan Bizantum yang hidup pada akhir abad ke-5, menulis tentang Batu Bertuah:
"Terimalah batu ini yang bukan sebuah batu, benda berharga yang tak memiliki nilai, benda yang memiliki banyak bentuk tapi tak berbentuk, yang tidak diketahui tapi dikenal semua."
Kita tahu bahwa Alkimia memiliki dua jalur. Yang pertama adalah yang kita sebut sebagai eksoterik, barkaitan dengan upaya mengubah logam dasar menjadi kondisi yang lebih tinggi, seperti emas. Jalur Alkimia yang lain dapat disebut esoterik, lebih berkaitan dengan transformasi jiwa manusia menjadi zat ilahiah. Dalam hal ini, yang menarik untuk dicatat adalah banyak yang menyamakan Batu Bertuah dengan Cawan Suci. Cawan Suci adalah cawan yang digunakan Yesus saat Perjamuan Terakhir. Ritual dalam santap malam tersebut diabadikan oleh gereja Katolik dalam perayaan misa. Dalam salah satu riwayat terawal dari Cawan itu. Parzival, ditulis oleh Wolfram von Eschenbach sekitar abad ke-13 , terungkap dengan cukup jelas bahwa Cawan itu sebenarnya adalah sebuah batu :
"Jika kamu tidak tahu, ia akan diberitahukan kepadamu. Ia disebut lapsit excillis. Berkat kekuatan batu itu, Phoenix terbakar menjadi abu, dan abu kembali memberinya kehidupan. Dan seperti itulah Phoenix terbakar menjadi abu, kemudian setelah itu bersinar dan menjadi terang seindah sebelumnya."
Jika ada seorang manusia yang sakit-sakitan, lalu suatu hari dia melihat batu itu, dia tidak akan mati setelahnya. Dan dia tidak akan menjadi tua. Penampilannya akan terus sama, baik pria maupun wanita, seperti ketika dia melihat batu itu, sama seperti dia dalam masa primanya, dan walaupu dia melihat batu itu selama dua ratus tahun, batu itu akan menjaganya tidak berubah, kecuali rambutnya mungkin saja beruban. Begitulah kekuatan yang diberikan batu itu kepada manusia sehingga daging dan tulang belulang kembali muda. Batu itu juga disebut sebagai Cawan.
Hal ini sungguh mengejutkan karena di sini kita menemukan sifat-sifat yang sama ketika ramuan itu dikenal sebagai Batu Bertuah. Dalam The Elixir and the Stone, Michael Baigent dan Richard Leigh mendiskusikan kemungkinan arti lapsit excillis :
Para pakar telah mengajukan berbagai interpretasi dari frasa lapsit excillis, dan semuanya bisa benar, bisa juga salah. Frasa ini mungkin turunan dari lapsit ex caelis (batu dari langit). Mungkin frasa itu adalah pemotongan dari lapis lapsus ex caelus (batu yang jatuh dari langit). Yang paling jelas, tentu saja, frasa itu kemungkinan lapis elixir, Batu Bertuah dan ramuan Alkimia. Parzival karya Wolfram dipenuhi oleh simbolisme Alkimia. Burung Phoenix, contohnya, adalah sebuah simbol yang umum ada dalam berbagai karya Alkimia, dan Wolfram menggunakannya konteks Alkimia yang dipahami umum.
Ada pilihan lain yang menarik, yaitu lapis lapsus exiliens. Frasa ini sepertinya diambil dari sebuah terjemahan dari nama batu legendaris yang disebut-sebut oleh Muhammad Al-Idrisi, pakar geografi terkenal bangsa Arab dari abad ke-12. Batu legendaris tersebut dikatakan sebagai "batu yang naik dan turun" dan berhubungan dengan batu yang ada di Kubah Batu di Jerussalem, batu tempat Nabi Muhammad melakukan Mi'raj ke Surga. Batu ini dikenal sebagai Eben Shetiyah oleh para cendekia Yahudi, yang berarti "batu fondasi".
Petunjuk lain yang membawa kita mempertimbangkan kemungkinan Cawan Suci dan Batu Bertuah adalah benda yang sama adalah kisah legendaris Hermes Trismegistus, yang tulisannya menjadi dasar Hermeutisme dan Alkimia. Hermes Trismegistus disebut sebagai tokoh yang menulis "The Emerald Tablet", sebuah panduan yang penuh dengan pengetahuan Alkimia. Isaac Newton menerjemahkan teks itu, termasuk kalimat berikut yang menggambarkan emerald tablet,
"Ia naik dari Bumi menuju langit dan turun kembali ke Bumi serta menerima kekuatan dari berbagai benda, baik yang superior maupun yang inferior."
Perhatikan kemiripan yang ada antara yang digambarkan Isaac Newton sebagai sebuah benda "yang naik dari Bumi menuju ke Langit dan turun kembali ke Bumi" dengan yang digambarkan oleh Al-Idrisi dengan "batu yang naik dan turun".
Pertanyannya adalah, apakah benar itu adalah penafsiran dari Batu Bertuah sebenarnya ? ketika frasa lapis ex caelis, "batu dari langit", diperhatikan kembali, kita akan dibawa ke arah meteorit. Ada semacam zat yang dikenal sebagai moldavite, yang mirip seperti kaca hijau yang terbentuk saat meteor menghunjam bumi. Batu semimulia ini sering digunakan sebagai perhiasan dan memiliki kualitas seperti batu permata. Ketika penjelasan "The Emerald Tablet" dari Isaac Newton diperhatikan kembali, ada petunjuk yang menarik "Kekuatannya sangat besar kalau dikonversikan kembali ke tanah". Ini tepat menggambarkan moldavite Zat ini tercipta melalui api ketika kekuatan atau energi sebuah meteor menghunjam Bumi, menciptakan zat baru melalui kekuatan besar yang terjadi pada kejadian itu (ilmu Alkimia sakral para dewa jika anda kebetulan seorang Alkemis).
Sebuah terjemahan terbaru "The Emerald Tablet" berbahasa Arab oleh Nineveh Shadrach mengutip kalimat yang dipertanyakan di atas sebagai "ia adalah api yang menjadi bumi kita", yang sekali lagi menggambarkan pembentukan moldavite dengan tepat. Terjemahan baru ini juga memuat sebuah variasi yang menarik mengenai kalimat yang telah kita lihat di versi Newton, "Ia mengambil cahaya dari ketinggian dan turun ke Bumi dengan mengandung kekuatan dari atas dan dari bawah karena ia memiliki cahayanya cahaya. Oleh karena itu kegelapan meninggalkannya."
Apakah mungkin kalau Batu Bertuah adalah lempeng moldavite besar yang menjadi tempat diukirnya kata-kata dari Hermes Trismegistus ? Jika memang ini adalah batu bertuah artinya Batu Bertuah memang merupakan artefak paling berharga dari zaman kuno. Batu meteor memang sejak dulu disembah dalam berbagai kebudayaan di Eropa, Timur Tengah, dan sebenarnya di seluruh dunia. Oleh karena itu, tidak mengagetkan jika kemudian ditemukan bahwa salah satu benda mitos dan legenda yang paling sakral, Batu Bertuah, ternyata berasal dari langit.
Baca juga :Alkimia
(decoding the lost symbol, wikipedia)
0 komentar:
Posting Komentar